Friday 10 December 2010

Alhamdulilah: Umm Habibah

Alhamdulilah: Umm Habibah

Alhamdulilah: Nusaybah bint Ka'ab al-Maaziniyyah

Alhamdulilah: Nusaybah bint Ka'ab al-Maaziniyyah

Alhamdulilah: Nusaybah bint Ka'ab al-Maaziniyyah

Alhamdulilah: Nusaybah bint Ka'ab al-Maaziniyyah

BEG QUILT DAN JAM QUILT HASIL TANGAN MUSIM CUTI SEKOLAH 2010




Alhamdulillah, sejenak musim cuti kali nii dah sampai ke penghujung. Baru je kita sambut Maal Hijrah 1432H. Sempat juga aku siapkan sebuah Beg tangan Quilt dan jam Dinding Quilt. Cantik.... aku sangat suka dan bangga sekali . Warna kelabu dan jam warna coklat.  Seronok bila apa yang kita suka dan menjadi hobi dapat menjadi realiti...  aku rasa terisi jugalah masa cuti ku ini. Lagi satu sempat juga aku siapkan Taman Orkid yg sudah sekian lama terbengkalai untuk dinaik taraf sedikit.... bukan hebat sangat pun, tidak tapi dah lama aku kesian kat pokok orkidku, pagi tadi semuanya dah settle, beli pasu baru, kayu arang dan sabut, jadi mana-mana yang belum dialih kerana terlalu lama dan tebal, maka aku dah selesaikan semua....

Thursday 9 December 2010

Aku Mahu Berhijrah. restuilah diriku Ya Allah..



Hijrah dalam Keikhlasan
حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي السَّفَرِ وَإِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ (متفق عليه)
Dari Abdullah bin Amru bin Ash ra, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Seorang muslim adalah orang yang menjadikan muslim lainnya merasa selamat dari lisan dan tangan (perbuatannya). Sedangkan muhajir (orang yang hijrah) adalah orang yang meninggalkan segala yang dilarang Allah SWT. (Muttafaqun Alaih).

Hadits ini merupakan hadits sahih yang diriwayatkan oleh hampir seluruh Imam Hadits, yaitu Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmudzi, Imam Abu Daud, Imam Ahmad bin Hambal, dsb. Dalam Imam-Imam kitab hadits yang enam (baca ; kutubus sittah), hanya Imam Ibnu Majah yang tidak meriwayatkan hadits ini. Dan hampir semua Imam ahli hadits sepakat akan kesahihan hadits ini.
Secara umum hadits di atas menggambarkan tentang dua hal besar; pertama karakter orang beriman, dan kedua makna hijrah. Kedua hal tersebut dirangkai dalam satu penjelasan singkat dari Rasulullah SAW melalui hadits di atas. Penjelasan pertama adalah bahwa karakter mendasar orang yang beriman (muslim), yaitu sebagai orang yang keberadaannya menetramkan orang lain. Artinya orang lain tidak merasa ‘terganggu’ dengan kehadirannya, baik secara lisan maupun perbuatannya. Bahkan kehadirannya selalu dinantikan dan ‘dielu-elukan’ oleh orang lain. Sikapnya terjaga, perilakunya terkontrol, ucapannya menyejukkan, ungkapannya menentramkan dan statementnya memajukan umat.
Sementara hal yang kedua, yaitu hakikat hijrah. Bahwa hijrah yang hakiki sesungguhnya bermakna meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Baik yang lahir (terlihat/ nyata/ rii) maupun yang batin (tidak nyata, perkara hati, ghaib). Namun untuk merealisasikan tujuan hijrah tersebut, seseorang dapat meninggalkan sebuah tempat (teritorial) menuju tempat yang lainnya jika di tempat yang awal ia tidak dapat melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. Hijrah yang seperti ini dinamakan juga dengan hijrah makani. Sedangkan hijrah dalam arti yang lebih luas sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas, sering disebut juga dengan hijrah ma’nawi.
Dalam hijrah, komponen yang terpenting adalah ‘niat’. Hal ini dapat kita lihat dari kisah muhajir Ummu Qais. Dimana terdapat seorang shahabiah yang bernama Ummu Qais, yang ingin hijrah melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dari Mekah ke Madinah. Namun pada saat yang bersamaan, terdapat seseroang yang ‘menyukai’ Ummu Qais ini. Dan singkat cerita berhijrahlah pula orang tadi, namun dengan harapan dan tujuan untuk mendapatkan ‘cintanya’ Ummu Qais.
Akhirnya Rasulullah SAW bersabda dengan sebuah hadits yang cukup masyhur, yaitu hadits tentang niat; ‘Bahwasanya segala amal perbuatan tergantung niatnya. Dan bahwasanya bagi setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Barang siapa yang berhijrah karena mengharapkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut akan mendapatkan pahala keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang berhijrah karena kepentingan dunia, atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya tersebut akan mendapatkan apa yang telah diniatkannya’. (Muttfaqun Alaih)
Makna Keikhlasan
Ikhlas berasal dari bahasa Arab, yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Dari bahasa asalnya, ikhlas berasal dari kata “akhlasha”, yang berarti bersih, murni dan jernih. Dari kata dasar ini, membentuk infinitifnya (masdar) menjadi “ikhlasan”. Sedangkan orang yang ikhlas adalah “mukhlis”:
أخلص - يخلص - إخلاصا - وهو مخلص

Adapun dari segi istilahnya, para ulama memberikan ekspresi bahasa yang beragam, sesuai dengan kecendrungan dan spesialisasi mereka masing-masing.
• Al-Imam Al-Mar’asyi umpamanya, beliau mengemukakan bahwa ikhlas adalah kesamaan amalan seorang hamba yang dilakukannya secara dzahir dan bathin.
• Imam Abu Qasim al-Qusyairi membahasakannya dengan, “memaksudkan amalan dengan mensatukan tujuan dalam ketaatannya kepada Allah SWT.
• Sedangkan Imam al-Susy, mendefinisikannya dengan, “hilangnya rasa keikhlasan dalam amalan yang dilakukannya, karena orang yang merasa terdapat keikhlasan pada keikhlasannya, maka sesungguhnya keikhlasannya itu membutuhkan keikhlasan.”
• Dan seorang ulama kontemporer, yaitu Ali Abdul Halim Mahmud, mengemukakan bahwa hakekat keikhlasan adalah berlepas diri dari sesuatu selain Allah SWT, yaitu bersihnya perkataan, perbuatan, atau meninggalkan sesuatu hal dengan tujuan mencari ridha Allah dan pahala dari-Nya.

Saidina Ali bin Abi Talib r.a. mengemukakan Ciri-ciri  RIYA’  yang terdapat dalam jiwa seseorang:
قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ، لِلْمُرَائِيْ عَلاَمَاتٌ، يَكْسُلُ إِذَا كَانَ وَحْدَهُ، وَيَنْشَطُ إِذَا كَانَ فِي النَّاسِ، وَيَزِيْدُ فِي الْعَمَلِ إِذَا أُثْنَى، وَيَنْقُصُ إِذَا ذُمَّ
“Orang yang riya, terdapat beberapa ciri, (1) malas, jika seorang diri, (2) giat jika di tengah-tengah orang banyak, (3) bertambah semangat beramal jika mendapatkan pujian, (4) berkurang frekuensi amalnya jika mendapatkan celaan.”

Inilah yang paling aku takuti dan paling sukar  aku hindari. Penghijrahan ini yg dituntut dalam diriku..Entahlah, kadang2 bila aku ke masjid ramai manusia yg ku tak kenal, maka aku dengan sendirinya akan rajin beribadat, namanya pun masjid tempat sujud pada Allah. Bukan bermakna aku mahu mempamirkan ibadatku kepada orang lain, tetapi aku seronok berada dalam masjid. Bila insan di dalamnya takku kenali, maka sudah tentu riak tersebut terhindar dariku. Hatiku memang ikhlas untukmu Allah, bukan utk manusia. Mohon Allah menerima segala amal ibadatku selama ini. Amin. 
Satu lagi yang perlu ku koreksi ialah sataus perhubunganku dengan manusia sekeliling. tentu aku punya ramai musuh samada yg membenciku ataupun yg aku sendiri tidak ketahui. Manusia mana yg tidak suka pujian, namun aku kekadang lebih rela dibenci manusia   dalam berbuat amal ibadat Janji Allah menyatakan kerja tersebut boleh membawa manusia kepada keinsafan dan perubahan yg baik, aku rela bekerja keras dan sanggup berkorban apa sahaja. Padahal diluar sana betapa ramai yg tak puas2 menyatakan perkara negetif atau keji atau celaan.... tak apa aku sedikitpun tak gusar, bahkan  yg ku cari ialah keredhaan Allah SWT bukan keredaan manusia.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengungkapkan, “..dan sempurnakanlah amal, kerana Sang Pengawas (Allah) Maha Melihat.,

وَأَتْقِنِ الْعَمَلَ فَإِنَّ النَّاقِدَ بَصِيْرٌ
Oleh sebab itu, apabila berlaku pergolakan dalam jiwaku menentang nafsu yang jahat cepat2lah beristigfar dan sentiasalah berzikir kepada Allah agar amal yg dilakukan di terima Allah Taala. Ya Allah aku amat naif, tunjukkan aku jalan yg luhur ke destinasiMu ""..   

Tuesday 7 December 2010

Anakku M.Idham Hadi berkhatan cuti sekolah,..

Tanggal 4.12.2010, hari Sabtu jam 1.20 tengahari, janji temu di Klinik al Amin Masjid Negeri Kuantan berlangsung lah acara berkhatan beramai-ramai di musim cuti sekolah... nombor giliran yg ke 29. Dari jam 9.30 pagi  Puas menunggu ...menunggu akhirnya 1.20 barulah tiba giliran Idham.. Punyalah lama... Yang seronoknya ada berbagai ragam anak-anak yang menunggu... berdebar-debar, ke tandas berkali-kali, ada yang menangis meraung-raung dalam bilik doktor... time tuu semua jadi spoil, habis yang lain kecoh.. ada yang tak jadi berkhatanpun ada kerana takut mendengar yang dalam bilik doktor meraung.
Hampir jam 2.00, Idhampun keluar dari bilik doc, tersengeh sengeh... tak sakit katanya, dan seronok macam nak berlari dah.. habis org bising.. ha.. dah boleh berlari doh.. ibu susah hati, jangan kuat-kuat nanti Bentan, kata org tua. Tiba2, sebelum naik kenderaan, di luar klinik Idham mula mengerang sakit, terduduk kejap... bila dh naik kereta, mula menangis... ayah bawa kereta 20km/j atau 30km/j pun dia nangis, katanya ayah bawa kereta laju... sambil menangis2... sakit! !!!!....
Alhamdulillah, anakku ini baik dan mengikut kataku. Mudah dididik dan senang diatur. Aku katakan padanya, dunia dia dah bermula kini... akan jadi remaja dan mula menjadi dewasa.. aku rasa bahgia melihat mereka dah besar.... namun yg ku tak lupa jg, usiaku makin meningkat... umurku makin pendek, sebab itulah aku mahu anak2ku bersdia selalu dgnn fitnah dunia kini. Semoga anak2ku menjadi Daei' di muka bumi yg Fana' ini, bergeliga otak dan akalnya membangunkan dunia ini, serta meneruskan kerja2 para Daei' . Ini shj yg aku mahu dari mereka. Amin, Ya Allah.